1. Syarat-syarat diterimanya syahadatain
Syahadatain sebagai rukun pertama Dinul Islam, memiliki syarat sah
yang menjadi landasan diterima atau ditolaknya syahadat. Syahadat diteima oleh
Allah SWT jika terpenuhi 2P dan 5K, yaitu :
·
Pengetahuan
Al-Ilmu almunafi liljahl (pengetahuan yang membatalkan kebodohan)
Ayat
berikut menjelaskan pengetahuan yang perlu dimiliki seorang muslim dalam
syahadatain :
“Maka ketahuilah,
bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
Mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad 47:19)
“Dan sembah-sembahan
yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang
yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan
mereka meyakini(nya).” (QS. Az-Zukkhruf 43:86)
·
Penerimaan
Alqabulu
almunafi lirrad (penerimaan yang membatalkan penolakan)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang Mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu
Ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan merekaa. Dan
barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab 33:36)
·
Keyakinan
Alyaqinu
almunafi lissyakk (keyakinan yang membatalkan keragu-raguan). Keyakinan yang
melahirkan tekad jiddiyah (kesungguhan) dalam beramal.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada Jalan Allah, mereka itulah
orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat 49:15)
·
Keikhlasan
Al-Ikhlasu
almunafi lissyirk (keikhlasan yang membatalkan kemusyrikan)
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku, ‘Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
Yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhan-nya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadat kepada Tuhan-nya.” (QS. Al-Kahf 18:110)
·
Kejujuran
Asshidqu
almunafi lilkadzib (kejujuran yang membatalkan kebohongan)
“Diantara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa
yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur.
Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun
tidak mengubah (janjinya), supaya Allah Memberikan Balasan kepada orang-orang
yang benar itu karena kebenarannya, dan Menyiksa orang munafiq jika
Dikehendaki-Nya, atau Menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Ahzab 33:23-24)
·
Kecintaan
Almahabbatu
almunafiyatu lilbughdhi wal karahah (cinta yang membatalkan kemarahan dan
kebencian).
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. …” (QS. Al-Baqarah 2:165)
‘Alamatul Mahabbah (Tanda-tanda kecintaan kepada Allah)
Katsratu Dzikri
(Banyak dzikir)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah mereka yang
apabila disebut (nama) Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakal.” (Al Anfaal 8:2)
Al I’jab
(kagum)
“Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
(Al Fatihah 1:1)
Ar Ridha
“… Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya
jika mereka adalah orang-orang yang Mukmin.” (QS. At-Taubah 9:62)
Tadhiyah (siap
berkorban)
“Dan di antara
manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari Keridhaan Allah; dan
Allah Maha Penyantun kepada Hamba-hamba-Nya.”(QS. Al-Baqarah 2:207)
Al Khauf
(takut)
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan
harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.’ (QS. An-Anbiya’
21:90)
Ar Raja
(mengharap) (21:90)
At Tha’at
(mentaati)
“Barangsiapa yang mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah.” (QS. An-Nisa’, 4:80)
·
Kepatuhan
Al-Inqiyadu
almunafi lilimtina’i wat tarki wa ‘adamil ‘amal (kepatuhan
yang membatalkan pengingkaran, meninggalkan dan tidak beramal)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin bila mereka dipanggil
kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka
ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.” (QS. An-Nur 24:51)
Demikian pula sebaliknya jika tidak terpenuhi atau ada salah satu
sikap berikut ini, syahadat menjadi tertolak. Sikap-sikap itu adalah :
- Kebodohan
- Ragu-ragu
- Syirik
- Dusta
- Benci
- Ingkar
- Menolak (tidak) beramal
Jika syarat-syarat diterimanya syahadat telah terpenuhi, seyogyanya
terdapat pada diri seorang muslim kerelaan untuk diatur oleh Allah SWT,
Rasulullah dan Islam dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu konsekuensi sikap rela tersebut adalah komitmennya menghairi
tarbiyah islamiyah karena dari sinilah dimulainya pemahaman seseorang untuk
mengetahui apa saja pengaturan yang telah ditentukan Allah SWT, Rasulullah SAW
dan Islam bagi dirinya.
2. Beberapa Hal yang Membatalkan Syahadatain
Terdapat sikap/perbutan sadar atau
tidak dalam melakukannya yang dapat membatalkan syahadatain. Hal tersebut
sangat perlu diketahui agar dapat terhindar atau kalau seandainya pernah
melakukannya atau bersikap seperti itu – sadar atau tidak – sehingg syahadatnya
batal, perlu ia mengetahui bagaimana solusinya
Hal-hal yang membatalkan syahadatain :
a. Bekerja untuk selain Allah SWT tanpa seizin-Nya
b. Memberikan kepada selain Allah SWT hak perintah dan melarang
c. Memberian ketaatan kepada selain Allah SWT tanpa seizing-Nya
d. Berhukum pada hukum yang tidak bersumber dari Allah SWT
e. Benci dan lari meninggalkan keyakinan pada keesaan Allah SWT
f.
Tidak mengenal Allah SWT dengan cara yang benar
g. Menyembah kepada selain Allah SWT
h. Syirik-syirik kecil
Maraji’
Sa’id Hawwa’, Al-Islam
Abdullah Al-Muslih & Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam
untuk Kehidupan
Dr. Irwan Prayitno, Makrifatullah
0 komentar:
Posting Komentar