Oleh : Abdullah Gymnastiar
SEMOGA Allah yang menggenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita
semua agar dapat memahami hikmah di balik kejadian apa pun yang menimpa dan
semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apa pun dengan sikap
terbaik.
Sahabat pembaca, ternyata nurul yaqin atau
cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati seorang hamba Allah yang arifin
dan berkeyakinan teguh, datangnya dari khasanah kegaiban Allah Taala. Alam
semesta ini menjadi terang benderang karena cahaya benda-benda langit yang
diciptakan Allah. Sedang cahaya yang menerangi hati manusia adalah nur dari
sifat-sifat Allah. Cahaya yang tampak adalah bekas cahaya yang diciptakan
Allah, dan cahaya yang tidak tampak adalah cahaya dari sifat-sifat Allah.
Imam
Athaillah dalam Kitab Al Hikam bertutur: Nur yang tersimpan dalam hati, datang
dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Nur yang memancar
dari panca inderamu, adalah berasal dari ciptaan Allah, dan cahaya yang
memancar dari hatimu adalah berasal dari sifat-sifat Allah. Saudaraku, ada mata
indera dan ada mata hati. Mata indera bisa melihat apa yang diberikan oleh
Allah berupa cahaya alam ini, sedangkan mata hati dapat melihat sesuatu yang
tidak terlihat oleh pandangan mata.Allah SWT tidak bisa dilihat oleh mata
karena mata ini terlalu lemah, melihat yang jauh saja tidak mampu begitu pun
untuk melihat yang sangat dekat. Orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah
ketika melihat sesuatu, hatinya pun ikut melihat keagungan Allah. Misalnya, seseorang
yang hatinya telah diberi anugerah cahaya Allah, maka ketika ia memandang
keindahan alam semesta hatinya pun akan ikut merasakan keagungan Allah yang
menciptakan alam ini.
Maka
orang-orang yang hatinya bersih, dia akan melihat alam ini berbeda dengan yang
terlihat oleh mata. Misalnya, ada orang yang terpesona kepada boneka, dan
dipujinya pabrik yang membuat bonekanya itu. Akan tetapi lain lagi dengan orang
yang mata hatinya terbuka, mata melihat boneka dan hati melihat Allah. Artinya,
ia akan semakin kagum dengan ciptaan Allah berupa manusia, termasuk dirinya.
Ya,
sebab pertanyaannya, kenapa kita kagum kepada orang-orang yang membuat boneka,
tetapi tidak kagum kepada anak yang memainkan boneka? Seharusnya melihat boneka
saja kagum, apalagi melihat anak-anak yang memainkan boneka, padahal anak-anak
yang memainkan boneka itu bisa menangis, bisa tertawa, bisa makan, dan lain
sebagainya. Sedangkan boneka? Tidak bisa apa-apa! Sungguh aneh, pabrik boneka
dipuji, tetapi Pencipta anak-anak yang memainkan boneka tidak dipuji.
Kalau hati tertutup, maka dunia ini menakutkan. Melihat uang takut tidak
kebagian, ketika sudah dapat justru takut hilang. Akan tetapi bagi orang-orang
yang hatinya terbuka, Insya Allah tidak ada kerisauan tentang rezeki karena
rezeki sudah pasti Allah yang membagikan, tidak akan pernah tertukar, tetapi
begitulah karena hati belum yakin dan tidak beriman, lihatlah para koruptor
yang mencuri uang rakyat. Kalau punya iman kenapa harus licik, rezeki sudah ada
sebelum kita dilahirkan, tetapi begitulah orang-orang yang takut, padahal yang
seharusnya kita takuti bukan takut tidak punya uang tetapi takut tidak punya
jujur dan takut tidak punya syukur. Takut tidak punya sabar.
Sejak saat ini marilah memperbanyak dzikir daripada banyak bicara yang
bermanfaat, orang yang beruntung itu adalah orang yang diingatkan di dunia ini,
justru yang gawat adalah orang yang diberi kelancaran oleh Allah dalam maksiat.
Marilah kita rasakan apa pun yang kita raba dengan indera membuat kita
mengenal hikmah di balik setiap kejadian yang ada, hati-hati menjaga diri.
Tidak pernah menimpa kepada kita bencana kecuali hasil perbuatan sendiri.
Wallahu alam (Sumber : http://www.indomedia.com/sripo)
0 komentar:
Posting Komentar