Pernahkah Anda melihat kuburan? Pernahkah Anda melihat gelapnya kuburan?
Pernahkah Anda melihat sempit dan dalamnya liang lahat? Pernahkah Anda
membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur? Sadarkah Anda bahwa kuburan
itu dipersiapkan untuk Anda dan untuk orang-orang selain Anda? Bukankah silih
berganti Anda melihat teman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga dekat Anda
diusung dari dunia fana ini ke kuburan? Dari buaian dunia yang terang benderang
ke kegelapan liang lahat... Dari keceriaan bermain dengan keluarga dan
anak-anak kepada kekerasan tanah dan ulat-ulat...Dari kenikmatan makanan dan
minuman kepada timbunan debu dan tanah... Dari kelembutan pergaulan di
tengah-tengah keluarga kepada kesendirian yang mengerikan...Dari kasur yang
empuk kepada tempat pergulatan amal yang sangat menakutkan. Di dalam kubur,
liang yang sangat sempit itu, tak lagi berbeda antara pelayan dan sang majikan,
yang kaya dan yang miskin, semuanya sama.
Nikmat kemewahan dan kelezatan dunia
pasti berakhir dengan kematian. Dan segenap umat manusia sependapat bahwa
kematian itu tidak mengenal umur tertentu, waktu tertentu atau sakit tertentu.
Hal mana agar manusia selalu waspada dan terus bersiap-siap karenanya.
Kengerian kubur Dari Hani' Maula Utsman, ia berkata, 'Jika Utsman radhiyallah
'anhu berdiri di samping kuburan maka beliau menangis hingga basah jenggotnya'.
Maka dikatakan kepada beliau, 'Jika engkau mengingat Surga dan Neraka tidak
menangis, mengapa engkau menangis karena ini? Maka beliau menjawab,
'Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Kuburan adalah awal
kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat daripadanya, maka setelahnya menjadi
lebih mudah. Dan jika ia tidak selamat daripadanya, maka setelahnya lebih
mengerikan." Kemudian Utsman radhiyallah 'anhu berkata, 'Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, 'Aku tidak melihat suatu
pemandangan melainkan kuburan lebih mengerikan daripadanya." (HR. Ahmad
dan At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani) Umar bin Abdul Aziz radhiyallah
'anhu suatu hari menasihati para sahabatnya, di antaranya beliau berkata : Jika
kalian melewati kuburan, panggillah mereka jika engkau bisa memanggil.
Lihatlah, betapa berdempetnya rumah-rumah mereka.
Tanyakanlah kepada orang-orang kaya dari mereka, masih tersisakah kekayaan
mereka? Tanyakan pula kepada orang-orang miskin di antara mereka, masih
tersisakah kemiskinan mereka? Tanyakanlah tentang lisan-lisan yang dengannya
mereka berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya
pemandangan. Tanyakan pula tentang kulit-kulit lembut dan wajah-wajah yang
cantik jelita, juga tubuh-tubuh yang halus mulus, apa yang diperbuat oleh
ulat-ulat di balik kafan-kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur,
wajah-wajah yang cantik jelita itu telah dirobek-robek ulat, anggota badan
mereka telah terpisah-pisah berserakan.
Lalu di mana pelayan-pelayan mereka
yang setia? Di mana tumpukan harta dan
sederetan pangkat mereka ? Di mana
rumah-rumah mewah mereka yang banyak dan menjulang tinggi? Di mana kebun-kebun
mereka yang rindang dan subur? Di mana pakaian-pakaian mereka yang indah-indah
dan sangat mahal? Di mana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka? Di mana
kolam renang dan telaga pribadi mereka? Bukankah mereka kini berada di tempat
yang sangat sunyi? Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja? Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisah dengan
orang-orang yang mereka cintai, harta dan segenap keluarganya. Karena itu,
wahai orang yang tak lama lagi akan menyusul ke kuburan! Kenapa engkau
terpedaya dengan dunia? Renungkanlah tentang orang-orang yang telah pergi
meninggalkan kita. Sungguh mereka amat berharap untuk bisa kembali ke dunia.
Agar bisa menghimpun amal sebanyak-banyaknya.
Tetapi, itu semua tidak mungkin
terjadi karena mereka telah dikuburkan. Yazid Ar-Riqasyi rahimahullah berkata
kepada dirinya sendiri, 'Celaka engkau wahai Yazid!, siapa yang akan mendirikan
shalat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah
engkau mati? Siapa yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati?' Lalu
dia berkata, 'Wahai manusia, mengapa kalian tidak mena-ngis dan meratap kepada
dirimu atas sisa hidupmu. Barangsiapa yang akhirnya adalah mati, kuburan sebagai
rumah tinggalnya, tanah sebagai kasurnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta
dalam keadaan demikian ia menunggu Hari Kiamat yang sangat mengerikan. Wahai,
bagaimanakah keadaan seperti ini?' Lalu beliau
menangis.
Nasihat Tentang Kubur Abdul Haq Al-Isybily rahimahullah
berkata, 'Hendaknya orang yang masuk ke kuburan menghayalkan bahwa dirinya
telah mati. Telah menyusul orang-orang yang dikubur sebelumnya. Lalu hendaknya
ia membayangkan tentang berubahnya warna kulit mereka, berserakannya anggota
badan mereka. Lalu hendaknya ia merenungkan tentang terbelahnya bumi dan
dibangkitkannya ahli kubur. Merenung-kan tentang keluarnya setiap orang dari
kuburnya dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang dan tanpa disunat. Semua
sibuk dan panik dengan urusannya sendiri. 'Wahai, mengapa aku melihatmu begitu
asyik dengan kehidupan dunia. Wahai orang yang berlindung di balik tembok
rumah-rumah megah. Tidak ada tempat lain selain kuburan tempat tinggalmu. Hari
ini engkau bermegah-megahan dan menghias diri. Tetapi esok, engkau akan diusung
ke kuburan, dibalut hanut dan kain kafan. Maka wahai engkau, bersegeralah
bertaubat kepada Rabbmu. Jalan itu masih mungkin sekali bagimu.
Palingkanlah
hawa nafsumu karena takut kepada Rabbmu, dalam keadaan sunyi atau ramai, selalu
jagalah dirimu.' Fitnah kubur Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan
saat malam pertamamu nanti di kuburan?
Tidakkah engkau tahu, bahwa ia adalah malam yang sangat mengerikan. Malam yang
karenanya para ulama dan orang-orang shalih menangis. "Suatu hari pasti
aku tinggalkan tempat tidurku (dunia), dan ketenangan pun menghilang dariku.
Berada di kuburan pada malam pertama, demi Allah, katakanlah kepadaku, apa yang
terjadi di sana?" Karena untuk senantiasa mempersiapkan malam tersebut,
diceritakan bahwa Ar-Rabi' bin Khutsaim menggali liang kubur di rumahnya. Bila
ia mendapati hatinya keras, maka ia masuk ke liang kubur tersebut. Ia
menganggap dirinya telah mati, lalu menyesal dan ingin kembali ke dunia, seraya
membaca ayat, yang artinya : "Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia),
agar aku berbuat amal shalih terhadap apa yang telah kutinggalkan
(dahulu)." (Al-Mukminun: 99-100). Kemudian ia menjawab sendiri, 'Kini
engkau telah dikembalikan ke dunia wahai Ar-Rabi'. Dan karenanya ia dapati pada
hari-hari setelahnya senantiasa dalam keadaan ibadah dan takwa kepada Allah.
Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang
bakal menjemputmu? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan
kengerian yang ada di dalamnya? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis
karena takut kepada api Neraka di Hari Kiamat nanti? Wahai saudaraku, tidakkah
engkau menangis karena takut akan hausnya di hari penyesalan? Sebab siksa kubur
Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim rahimahullah bahwa siksa kubur ditimpakan
karena berbagai macam dosa dan maksiat, di antaranya :
q Adu domba dan
menggunjing.
q Tidak menjaga
percikan kencing ketika buang air kecil.
q Shalat tanpa
bersuci.
q Berdusta.
q Melalaikan dan
malas mengerjakan shalat.
q Tidak menge-luarkan
zakat.
q Zina.
q Mencuri.
q Berkhianat.
q Menfitnah sesama
umat Islam.
q Makan riba.
q Tidak menolong
orang yang dizhalimi.
q Minum khamar.
q Memanjangkan kain
hingga di bawah mata kaki. (mungkin ada teman yg tahu arti dr kalimat ini ?)
q Membunuh.
q Mencaci sahabat.
q Mati dalam keadaan
membawa bid'ah.
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah selanjutnya
berkata, 'Ketika keadaan manusia banyak yang melakukan dosa-dosa di atas, maka
kebanyakan ahli kubur adalah dalam keadaan disiksa. Dan orang yang selamat
daripadanya amatlah sedikit. Secara lahirnya, kuburan itu memang hanyalah tanah
biasa, padahal di dalamnya terdapat penyesalan dan siksa. Di atasnya tampak
tanah, batu-batu yang terukir dan bangunan, tetapi di dalamnya adalah bencana.
Mereka mendidih dalam penyesalan sebagaimana periuk mendidih dengan apa yang
ditanaknya. Sedangkan angan-angannya tak mungkin lagi terpenuhi. 'Yang
menyebabkan selamat dari siksa kubur Imam Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan,
sebab-sebab keselamatan siksa kubur adalah dengan menjauhi sebab-sebab terkena
siksa kubur, yakni berbagai macam maksiat dan dosa. Untuk itu, beliau
menganjurkan, hendaknya setiap muslim melakukan perhitungan atas dirinya setiap
hari, tentang apa dosa dan kebaikan yang telah dilakukannya pada hari itu.
Selanjutnya, hendaknya ia memperba-harui taubatnya kepada Allah dan tidur pada
malam itu dalam keadaan taubat. Jika ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia
meninggal dalam keadaan telah bertaubat. Jika bangun dari tidurnya maka ia siap
menghadapi harinya, dan bersyukur karena ajalnya masih ditangguhkan. Dengan
demikian ia masih berkesempatan untuk beribadah kepada Rabbnya dan mengejar
amal yang belum dilakukannya. Sebelum tidur, hendaknya pula ia dalam keadaan
berwudhu, senantiasa mengingat Allah dan mengucapkan dzikir-dzikir yang
disunnahkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam . sehingga ia tidur. Jika
seseorang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya dia akan diberi kekuatan untuk
melakukannya. (Abu Okasa)
From : Buletin An-nur[SMTP:buletin@alsofwah.or.id]
0 komentar:
Posting Komentar