Ketaatan Ibnu Umar Mengikuti Sunnah
Dari lbnu Sirrin katanya, "Suatu ketika aku bersama Ibnu Umar ra. di Arafah. Ketika ia pulang, aku pulang bersamanya sehingga kami menjumpai imam maka ia shalat Dzuhur dan Ashar bersama kami, Kemudian ia wukuf bersamaku dan kawan-kawanku sampai imam turun ke kota Mekkah dan kami pun ikut turun ke Mekkah bersamanya, ketika kami sampai di lorong Ma'jamani maka ia turun dari untanya dan kami pun melakukan hal yang sama sehingga kami mengira kalau ia akan mengerjakan shalat. Kata pelayannya yang senantiasa memegang kendali untanya bahwa sesungguhnya ia (Ibnu Umar ra.) bukan akan mengerjakan shalat akan tetapi ia ingat pada Nabi Saw. ketika beliau lewat di tempat ini beliau sempat buang hajat dan ia pun ingin buang hajat semata-mata meniru apa telah dilakukan oleh beliau Saw." (Ahmad, At-Targhib.1/47).
Dikabarkan bahwa lbnu Umar ra. pernah mendatangi sebuah pohon yang ada di antara Mekkah dan Madinah. Kemudian ia beristirahat di bawahnya dan ia berkata bahwasannya ia melakukan hal itu dikarenakan Rasulullah Saw. telah melakukannya." (Bazzar.Al-Haitsann.1/175,At-Targhib.1/46).
Dari Nafi' bahwasannya lbnu Umar ra. senantiasa mengikuti jejak Rasulullan Saw. sampai pun setiap tempat yang pernah Rasuluilah Saw. shalat di tempat itu ia selalu mengikuti beliau Saw. Sehingga di suatu pohon yang Rasulullah Saw. pernah berteduh di bawahnya dan ia selalu menyirami pohonan tersebut agar tidak mati maka ibnu Umar ra. pun tidak ketinggalan mengikutinya" (Ibnu Katsir Kanzul Ummal. 7/59).
Dari Mujahid katanya. "Pernah kami berpergian bersama lbnu Umar ra. Ketika tiba di suatu tempat. maka ia menggoyang ke kiri dan ke kanan. Ketika aku tanyakan. "Mengapa engkau berbuat demikian?" Ibnu Umar ra. menjawab. "Aku melihat Rasulullah SAW pernah melakukannya seperti itu di sini, maka aku menirunya (Ahmad,Bazzar,At-Targhib,1/46).
Dari Nafi bahwa Ibnu Umar ra. pernah berpergian, ketika di jalan menuju kota Mekkah ia menundukkan kepala kendarannya seraya berkata, "Andaikan telapak kaki untaku dapat menginjak bekas telapak kaki unta Rasulullah Saw." (Abu Nuaib Al-Hilyah).
Dari Nafi' katanya, "Jikalau engkau melihat apa saja yang
dilakukan oleh Ibnu Umar ra. dalam mengikuti sunah Nabi SAW, pasti engkau akan
mengatakan. "Orang ini gila". (AbuNuaim,Al-Hakim,3/561)
Dari 'Aisyah ra. katanya. "Tidak ada seorang pun yang senantiasa mengikuti perilaku Nabi SAW". seperti yang dilakukan oleh lbnu Umar ra."
Dari Asim Al-Ahwal dari seorang sahabat katanya, Tidak seorang pun yang melihat kelakuan Ibnu Umar ra. kecuali ia akan mengira bahwa apa yang dilakukanoleh Ibnu Umar adalah yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW. (Ibnu Nu'aim dalam bukunya 1/30, Ibnu Sa'ad dalam bukunya 1/107).
Hadit Arbain ke-1
Diriwayatkan oleh Umar bin
al-Khattab r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya setiap amalan itu
bergantung kepada niat. Dan setiap orang itu akan mendapat sesuatu sesuai
dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka
Hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah untuk
mendapatkan dunia dia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan yang
ingin dinikahinya maka Hijrahnya itu mengikut apa yang diniatkannya
Niat bukan
bersumber dari lisan berupa ucapan.akan tetapi niat bersumber dari desakan rasa yang terbesit
dalam hati yang kemudian diterjemahkan oleh lisan kita. Jadi niat adalah suatu
amalan yang tidak tampak,niat adalah amalan yang ada dalam hati kita
Dalam hadits ini
Rosulullah Salallahu Alaihi Wa Salam menegaskan bahwa standar yang menjadi
timbangan amal disisi Allah bukanlah bentuk lahiriyah yang ada dalam diri
manusia saja tapi yang terutama adalah berupa bisikan spirit dari relung hati
kita.Dan Ingatlah, Allah Maha mengetahui segala sesuatu hatta itu berupa
lintasan-lintasan hati kita yang sangat halus sekalipun.
Allah hanya
menilai amalan kita sebagai pahala jika amalan itu hanya diniatkan dan
diperuntukkan bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja.Jadi barang siapa yang
hijrahnya itu kepada Allah dan Rosul-Nya,maka kita akan mendapat pahala dan
balasan yang baik. Namun jika hijrahnya hanya untuk harta yang
diinginkannya,atau dunia agar bisa diperolehnya,maka ia akan mendapatkan dunia
dan memilikinya.Begitu pula jika kita mengejar kedudukan maka kita akan mendapatkan
kedudukan itu.Akan tetapi kita harus sadar bahwa saat kita mati nanti kita
hanya akan dibekali oleh selembar kain kafan yang kita tidak bisa memilihnya
sendiri, dan hijrah kita itu tidak akan bermanfaat.Kita akan tinggalkan dunia
dengan penuh kehinaan, kefakiran, kerendahan dan kelak akan disiksa karena amal
kita yang buruk dan tidak diperuntukkan bagi Allah.
Maroji' : Tafsir Hadist Arbain
0 komentar:
Posting Komentar